Mengenal Nabi Khidir Secara Mendalam

Nabi Khidir
Nabi Khidir

Nabi Khidir banyak disebut-sebut dalam riwayat. Namun, sampai saat ini sosok tersebut masih dianggap misterius. Ada yang mengatakan bahwa Khidir atau Khadir seyogyanya merupakan sebuah gelar saja. Ibnu Asakir dan sahabat-sahabatnya meriwayatkan dari mujahid bahwa hamba Allah ini digelari Khidir karena perubahan warna di sekitarnya menjadi kehijauan bila dia shalat di suatu tempat.

Sahabat Nabi Muhammad yang bernama Ikrimah pernah mengisahkan riwayat serupa kepada Ibnu Abi Hatim. Beliau digelari sebagai Khidir karena bila duduk di suatu tempat, maka cahaya di sekitar tempat itu berubah menjadi hijau. Mungkin karena pakaiannya yang berwarna hijau.

As-Sayyidi berkata, “Apabila Khidir berdiri di atas suatu tanah lapang yang gersang, maka di mana kakinya berpijak akan tumbuh rumput yang hijau hingga menutupi kedua telapak kakinya. Hal itu terjadi karena kebaikan pribadinya.”

Mengenai asal-usul Nabi Khidir, ada sebuah riwayat yang berasal dari Asabath. Ibnu Asakir mengisahkan bahwa As-Sayyidi berkata: “Dia (Khidir) adalah putra seorang raja, yang sangat tekun melakukan ibadah kepada Allah. Ia melarikan diri dari keluarganya di istana karena menolak untuk dikawinkan. Perjodohan oleh ayahnya ini dengan seorang gadis yang disukai oleh sanak saudaranya itu adalah harapan sang ayah. Selama setahun in tidak pernah menjumpai calon istrinya. Setelah sang raja mengetahui hal tersebut, maka diperintahkanlah untuk menjadi Khidir ke seluruh pelosok negeri. Namun pencarian itu sia-sia. Khidir tidak pernah mereka temukan.”

Baca Juga: Kisah Imam Abu Hanifah yang Membela Kaum Perempuan

Siapa Nabi Khidir?

Mengenai siapa sebenarnya Nabi Khidir sampai saat ini masih menyimpan tanda tanya. Ada beberapa pendapat yang berusaha untuk mengungkap sosok misterius tersebut, antara lain:

  1. Khidir merupakan nama seorang anak cucu Adam yang taat beribadah kepada Allah dan ditangguhkan ajalnya. Pendapat ini berasal dari riwayat Ibnu Abbas.
  2. Ibnu Khidir berasal dari Romawi dan bapaknya merupakan keturunan bangsa Persia. Pendapat ini berasal dari kitab Fathul Bari, Al Bidayah wan Nihayah dan Ruhul Ma’ani.
  3. Al-Alusi berkata: “Aku tidak membenarkan semua sumber yang menyatakan tentang riwayat asal-usul Nabi Khidir. Tetapi An-Nawawi menyebutkan bahwa Khidir adalah putera seorang raja.”

Dan banyak lagi pendapat-pendapat para ulama tentang sosok Nabi Khidir.

Hidup hingga akhir zaman

Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa beliau sendiri masih berselisih paham tentang hidupnya Nabi Khidir.

Sebagian besar ulama menganggap bahwa Khidir masih hidup di tengah-tengah kehidupan kita. Imam An-Nawawi berkata: “Pendapat ini tidak ditentang sedikit pun oleh ulama-ulama kaum sufi dan ahli-ahli ma’rifah. Mereka pernah menceritakan pengalamannya pada waktu berjumpa, berkumpul, dan berbincang-bincang dengan Khidir. Dia terlalu mulia untuk dicaci atau dicari-cari aibnya. Dan dia akan tetap dikenal walau kita berusaha menutup-nutupi berita tentang dirinya.”

Dalam pandangan lain, An-Nawawi juga pernah berkata bahwa ada beberapa orang sahabatnya yang mempunyai dalil untuk membuktikan Nabi Khidir masih hidup. Dia berkata, “Dan sebagian besar kaum ulama berkeyakinan bahwa Khidir masih hidup sampai sekarang.”

Sedangkan Syekh Ismail Haqqi berkata, “Kaum sufi dan para ulama sepakat dengan keyakinan mereka bahwa Khidir masih hidup sampai saat ini.”

Pendapat tersebut juga diikuti oleh Ibnu Arabi, Abu Thalib Al-Makki dan Al-Hakim. Juga At-Turmudzi dan ulama-ulama lain seperti tokoh-tokoh sufi Ibnu Adham, Basyar Al-Hafi, Ma’ruf Al-KArkhi, Sri As-Saqti, Al-Junaid, dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Abu Said Al-Khudri pernah berkata, “Pada suatu hari Rasulullah SAW bercerita panjang lebar kepada kami tentang dajjal. Di antaranya beliau bersabda, “Ia datang tetapi diharamkan untuk memasuki lingkungan Madinah. Lalu ia berhenti di sebagian daerah setelah Madinah. Dan pada suatu hari, ia didatangi oleh seorang laki-laki yang baik termasuk orang yang terbaik di antara manusia saat itu, kemudian ia berkata, “Saya bersaksi bahwa Anda ini dajjal yang diceritakan Nabi dalam haditsnya.” Dajjal menjawab, “Bagaimana menurut kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku hidupkan kembali? Apakah kalian mengusulkan sesuatu?” Mereka menjawa, “Tidak!” Lalu dajjal membunuh orang itu kemudian dihidupkan lagi. Ketika orang itu akan dihidupkan kembali dia berkata, “Demi Allah! Di kalangan Anda sama sekali tidak kudapati hari ini orang yang paling hebat pikirannya dibandingkan aku.” Maka dajjal akan membunuhnya tetapi tidak kuasa lagi.”

Menurut Abu Ishak, orang laki-laki dalam cerita di atas adalah Nabi Khidir. Imam An-Nawawi menegaskan sosok Abu Ishak, yaitu sebagai orang yang banyak menceritakan riwayat dari Imam Muslim.

Cerita di atas juga ditegaskan oleh Mu’ammar yang berkata dalam musnadnya, “Lelaki yang pernah dijumpai itu adalah Nabi Khidir.” Kemudian Mu’ammar menjelaskan bahwa hadits Rasulullah itu sebagai bukti bahwa Khidir masih hidup.

Namun, ada juga beberapa ulama yang menyebutkan kematian Nabi Khidir, di antaranya Abu Farj Ibnul Jauzi yang mengacu kepada ucapan Ibnu Taimiyah dan beberapa ayat Al-Quran dan hadits Nabi.

Seorang lainnya bernama Ibrahim Al-Harbi ditanya tentang hidupnya Khidir, lalu dia menjawab, “Barangsiapa yang berkata mustahil terhadap masalah yang tidak diketahuinya, maka ia adalah setan yang berwujud manusia.”

Nabi atau wali?

Ada beberapa ulama yang menganggap bahwa Khidir adalah seorang wali atau ulama besar yang ilmunya sangat tinggi dan kepribadiannya sangat suci. Namun sebagian besar lainnya mengatakan bahwa Khidir adalah seorang nabi.

Di dalam fatwa-fatwanya, Syekh Abu Umar bin Shalah berkata, “Dia adalah nabi. Tetapi para ulama bertentangan pendapat tentang kerasulannya.”

Seorang ulama ahli tafsir bernama Abu Ishaq Al-Alibi berkata, “Khidir adalah seorang nabi, tetapi ia tidak mudah dilihat oleh sembarang orang.”

Sebagian besar ulama menafsirkan kata rahmah dalam ayat ini sebagai nabi atau wahyu.”Telah Kami berikan rahmat kepadanya (Khidir) dari sisi Kami .” (Al-Kahfi:65).

Juga ada ayat yang menegaskan tentang kenabiannya, yaitu: “Dan bukanlah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri (kata Khidir kepada Musa). (Al-Kahdi:82).

Maksudnya adalah Khidir dikarunia pengetahuan oleh Allah melebihi batas kemampuan manusia biasa, bahkan di atas kemampuan Nabi Musa. Kalau Khidir bukan seorang Nabi, panstaskah Nabi Musa berguru kepada Khidir?

Ahli tafsir terkenal yakni Ibnu Katsir lebih condong menggolongkan Khidir kepada para Nabi, dia berkata, “Allah berfirman, “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat di sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Al-Kahfi:65).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Quran yang menjelaskan makna kata rahmat sebagai Nabi. Demikianlah penjelasannya.

Follow, like, and share -->
Pin Share

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *