Visi dan Misi Calon Gubernur Aceh 2024-2029 telah disampaikan pada debat perdana calon gubernur Aceh 2024-2029. Debat yang berlangsung riuh pada malam Sabtu, 25 Oktober 2024 terasa sangat alot. Kedua pasangan calon gubernur saling beradu visi dan misi. Menurut saya, tidak ada pemenang dalam debat itu. Yang ada hanya kegaduhan dan euforia terhadap pasangannya masing-masing. Siapa pun berhak mengklaim bahwa jagoannya yang paling menonjol.
Kita jangan lengah terhadap kampanye-kampanye hitam yang dilancarkan oleh masing-masing kubu calon. Kita tahu politik memang tidak seratus persen dijalankan lewat tangan-tangan suci meskipun di dalamnya ada orang-orang suci. Berbagai cara akan mereka lakukan hanya untuk meraih kemenangan. Tidak penting bagaimana program yang akan dilakukan oleh pemenang suatu saat nanti. Tugas tim untuk memenangkan pertandingan adalah harga mati terhadap kontes demokrasi di negeri ini.
Padahal, visi dan misi merupakan faktor paling penting untuk memberikan pelajaran demokrasi kepada para pemilih. Seharusnya tugas tim pemenangan adalah mempertegas visi dan misi calon gubernur Aceh 2024-2029. Bukan dengan membuat kegaduhan yang tak berakhlak dengan modal suara dan tenaga.
Baiklah, mari kita lihat visi dan misi dari masing-masing calon gubernur Aceh 2024-2029.
Visi dan Misi Calon Gubernur Aceh Pasangan Bustami Hamzah dan M. Fadhil Rahmi
Pasangan nomor urut 1 ini mendapat dukungan dari Partai Nasdem, Golkar, PAN, Gelora, PAS, Buruh, PKN, dan PDA. Dengan mengusung visi Aceh Sejahtera, Berkeadilan, dan Beridentitas. Visi tersebut kemudian dijabarkan dengan sejahtera di mana rakyat Aceh dapat menikmati kehidupan layak dalam berbagai sektor kehidupan. Rakyat Aceh juga harus dapat menikmati pembangunan secara merata dan berkeadilan. Dan pada akhirnya identitas Aceh dalam hal kekhususannya harus menjadi perwujudan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakatnya.
Baca Juga: Fufufafa dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2024-2029
Untuk menjalankan visi tersebut, maka pasangan Bustami Hamzah dan M. Fadhil Rahmi memiliki 6 misi penting. Mereka ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan kualitas pembangunan, mewujudkan keadilan dan kesetaraan pembangunan, mewujudkan transparansi pemerintahan, dan membangun karakter masyarakat yang kuat. Lalu lahirlah 15 program unggulan yang akan menjadi prioritas pasangan ini.
Visi dan Misi Calon Gubernur Aceh Pasangan Muzakkir Manaf dan Fadhlullah
Lain lagi dengan pasangan nomor urut 2, Muzakkir Manaf dan Fadhlullah. Pasangan ini mendapat dukungan penuh dari Partai Aceh, Gerindra, PKS, Demokrat, PKB, PPP, PDI-P, PNA, PSI, Partai Ummat, Partai Garuda, Hanura, Peureute Gabthat, PBB, dan Prima.
Visi mereka adalah Terwujudnya Aceh Islami, Maju, Bermartabat, dan Berkelanjutan. Dalam visi tersebut memiliki nilai dasar yakni mulia dalam syari’at Islam, sejahtera dan bermartabat, bahagia dunia dan akhirat, dan terpandang di mata dunia.
Untuk menggerakkan motor visi tersebut, maka diperlukan 7 misi penting yang saling menyatu. Misi-misi tersebut secara ringkas antara lain menjalankan syari’at Islam, pengimplementasian kekhususan bagi Aceh, kemandirian ekonomi, peningkatan infrastruktur, peningkatan kualitas manusia, transformasi tata kelola pemerintahan, dan kelestarian lingkungan.
Selanjutnya pasangan ini berupaya untuk memberikan solusi terhadap permasalahan dalam bidang agama, ekonomi, infrastruktur, sosial budaya, pemerintahan, politik, dan hukum, dan bidang lingkungan hidup.
Adu Visi dan Misi
Sepintas lalu, visi kedua pasangan calon sama-sama kuat dan berkarakter. Dari segi pemilihan kata, pasangan calon nomor 1 menunjukkan ketegasan dan kelugasan. Pemilihan 3 kata kunci (sejahtera, keadilan, identitas) ingin menunjukkan bahwa pasangan Bustami Hamzah dan M. Fadhil Rahmi berkomitmen untuk membawa rakyat Aceh menjadi sejahtera secara berkeadilan dan memiliki identitas kuat dalam agama, pendidikan, dan budaya.
Tapi pasangan nomor urut 2 juga tidak mau kalah. Memang pemilihan kata terkesan “boros” dari rivalnya, tapi visi mereka membuktikan bahwa pasangan ini tidak main-main, khususnya dalam bidang agama. Mereka berpijak pada nilai-nilai islami yang menjadi landasan untuk memajukan Aceh secara bermartabat dan terus menerus tanpa henti.
Dalam kontestasi kemarin, nilai-nilai agama tetap menjadi barang dagangan yang tidak akan habis-habisnya dijajakan. Muzakkir Manaf dengan gaya lantangnya mengklaim bahwa sang rival tidak memiliki visi yang jelas dalam menegakkan syariat Islam. Klaim ini pun mendapat sambutan riuh dari pendukungnya yang menonton langsung debat perdana tersebut.
Tidak lama kemudian, klaim tersebut mendapat bantahan dari kubu Bustami. Entah karena sudah tersudut dengan klaim lawan, jawaban yang diberikan terkesan “ngawur” dan tampak seperti kurang menguasai buku visi dan misi mereka sendiri.
Selanjutnya jika dilihat dari program-program yang ditawarkan, keduanya semangat untuk memajukan perekonomian di Aceh dan meningkatkan pembangunan infrastruktur. Dari sisi pemilihan program, keduanya menawarkan program yang sangat bagus. Kita berharap jika mereka terpilih, program pembangunan ini dapat dijalankan dengan apa yang dijanjikan.
Namun, pembangunan kadang-kadang bisa terhambat karena janji politik kepada mitra-mitranya. Sudah galib kita tahu bahwa pembagian kekuasaan terjadi setelah pilkada dimenangkan. Seakan ingin balik modal, para mitra politik terus menempel si pemenang bak prangko agar mereka kebagian rezeki juga karena sudah memperjuangkan kemenangan bagi si gubernur. Permainan politik ini tak terhindarkan yang kerap menjadikan rakyat sebagai tumbal.
Lalu yang terjadi adalah kealpaan! Setiap janji manis selalu berakhir tragis. Endingnya juga bikin menangis. Lima tahun kemudian membuat visi dan misi baru yang lebih gagah. Mengikuti perkembangan zaman. Tapi jangan lupa membumbui dengan agamais. Biar rakyat lebih terbuai serupa bayi dalam ayunan listrik.
Saya yakin, semua program yang telah dirumuskan oleh masing-masing kubu adalah program-program terbaik bagi masyarakat Aceh. Kini pilihan ada di tangan rakyat, ke mana Aceh ini akan dibawa. Apakah Aceh akan dibawa kepada kesejahteraan? Atau Aceh menjadi bangsa bermartabat di mata dunia! []